Putas ikan: keceriaan Masyarakat dalam Tradisi Bersama Jelang Lebaran
Oeh : Revy Trisma Wahyuni, Mahasiswa Universitas Andalas
Di Tengah hiruk pikuk Masyarakat menyambut datangnya hari raya idul fitri, ada tradisi unik yang masih Lestari di beberapa daerah, yaitu putas ikan. Tradisi ini bukan bukan sekedar menangkap ikan, tetapi lebih dari itu, ini menjadi wadah kebersamaan, hiburan sekaligus bentuk pelestarian budaya local yang di wariskan secara turun-temurun.
Putas ikan ini biasanya di adakan menjelang lebaran atau hari Raya Idul Fitri, tepat Ketika Masyarakat baru saja menyelesaikan beberapa persiapaan seperti membuat kue, membersihkan rumah, dan meenyiapkan segala keperluan menyambut hari besar umat islam tersebut. Di Tengah kelelahan itu Masyarakat justru menjadikan tradisi ini sebagai bentuk refreshing bersama.
Kegiatan ini dilakukan di Sungai kecil yang mengalir di Tengah atau di pinggiran desa. Sebelum acara di mulai, biasanya ada kesepakatan bersama mengenai batas wilayah Sungai yang akan di jadikan Lokasi penebaran putas, agar kegiatan ini tidak merugikan lingkungan sekitar maupun kelompok Masyarakat lainnya.
Putas itu sendiri adalah Racun ikan tradisional yang di gunakan untuk memudahkan proses penangkapan, putas bukan lah racun yang berbahaya seperti pastisida atau bahan kimia keras. Putas yang di gunakan Masyarakat biasanya berbentuk bubuk, cairan, atau tumbukan tanaman tertentu yang bersifat membuat ikan menjadi pusing atau kehilangan arah. Racun ini kemudian di sebarkan kealiran Sungai sehingga ikan ikan menjadi lemas dan mudah tertangkap karena hanyut terbawa arus.
Penggunaan putas ini sudah dilakukan secara turun temurun dan dilakukan dengan cara yang bijak, sehingga tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Hanya wilayah tertentu yang digunakan, dan waktunya pun hanya setahun sekali, sehingga ekosistem tetap bisa pulih Kembali.
Tangguk dan Alat tangkap ikan
Ketika putas mulai bekerja dan ikan-ikan bermunculan ke permukaan air, disanalah momen yang ditunggu-tunggu terjadi Masyarakat yang sudah Bersiap di pinggiran Sungai atau berdiri langsung di air akan menangkap ikan dengan menggunkan tangguk, yaitu alat tanggkap ikan yang berbentuk jarring dengan bingkai bulat, ada yang lonjong, segi empat, persegi panjang, dan banyak macam modelnya.
Namun tak hanya sedikit pula Masyarakat yang menggunakan alat seadanya, seperti keranjang, tudung saji, bahkan tangan kosong, untuk tempat ikan nya biasanya Masyarakat menggunakan karung beras dan di ikat menggunakan tali, lalu di ikat ke pinggang. Keriuhan, tawa, dan teriakan semangat mewarnai suasana. Tak ada Batasan usia dalam tradisi ini. Anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua pun ikut serta, menciptakan suasana yang hangat dan penuh kegembiraan.
Satu hal yang yanag membuat tradisi ini sangat dinantikan adalah hasil tangkapan ikan segar. Masyarakat merasa puas dan bangga mendapat ikan langsung dari Sungai, hasil jerih payah sendiri. Ikan-ikan hasil tangkapan pisanya langsung di bersihkan dan di masak bersama keluarga, atau di simpan untuk dijadikan hidangan untuk hari kedepannya.
Lebih dari sekadar mendapatkan ikan, kegiatan ini menghadirkan kebahagiaan kolektif. Masyarakat bisa melepas penat setelah persiapan Lebaran, mempererat silaturahmi antar warga, dan tentunya menjadi hiburan yang menyenangkan sebelum masuk ke suasana hari raya yang khusyuk.
Nilai Budaya dan Sosial
Putas ikan bukan hanya tentang menangkap ikan. Ini mengandung nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, dan penghargaan terhadap alam. Proses penentuan lokasi, persiapan putas, hingga pelaksanaan dilakukan secara kolektif, menunjukkan kuatnya semangat kekeluargaan dalam masyarakat.
Tradisi ini juga menjadi bentuk kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam, tetapi dengan batasan-batasan yang menjaga keseimbangan ekosistem. Di tengah perkembangan zaman yang serba modern, tradisi seperti ini mengajarkan pada generasi muda bahwa kebahagiaan bisa lahir dari hal-hal sederhana dan penuh makna.
Sayangnya, tidak semua daerah masih melestarikan tradisi ini. Beberapa tempat mulai melupakan putas ikan karena dianggap kuno, tidak praktis, atau tergeser oleh hiburan-hiburan modern. Padahal, jika dikelola dengan baik, tradisi ini bisa menjadi daya tarik budaya dan bahkan berpotensi menjadi agenda wisata lokal menjelang Lebaran.
Melibatkan anak-anak sekolah, mendokumentasikan prosesnya, hingga mengadakan lomba atau kegiatan sosial seputar acara tersebut bisa menjadi cara untuk menghidupkan kembali semangatnya.
Tradisi putas ikan ini bukan hanya soal menangkap ikan, tetapi juga soal kebersamaan dan kekeluargaan yang terasa sangat kuat di tengah masyarakat. Mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua ikut turun langsung ke sungai. Semuanya tertawa, saling bercanda, bahkan tak jarang saling membantu saat menangkap ikan yang besar atau licin. Suasana sungguh ramai dan penuh semangat, seperti sebuah pesta kecil yang tak resmi, namun dinanti setiap tahunnya.
Yang menarik, meskipun menggunakan putas atau racun alami, masyarakat tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokal. Putas yang digunakan tidak bersifat permanen dan tidak merusak ekosistem secara jangka panjang. Bahkan, setelah acara berakhir, masyarakat biasanya ikut membersihkan
sisa-sisa atau sampah yang ada di sekitar sungai. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tradisi ini bersifat turun-temurun dan penuh keseruan, mereka tetap sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.
Selain menjadi ajang hiburan, kegiatan ini juga membawa manfaat ekonomi kecil bagi masyarakat. Ikan hasil tangkapan bisa langsung dimasak untuk disantap bersama keluarga, atau dijual ke tetangga. Beberapa warga bahkan sengaja membawa wadah lebih besar agar bisa menyimpan lebih banyak hasil tangkapan. Dari sini, terlihat bahwa tradisi ini membawa manfaat secara sosial, emosional, bahkan ekonomi.
Putas ikan bukan hanya tentang menangkap ikan, tapi tentang merayakan kebersamaan, menikmati alam, dan melepas penat sebelum Hari Raya tiba. Inilah yang membuat tradisi ini tetap hidup dan dicintai hingga sekarang. Meskipun zaman terus berubah, tradisi seperti ini menjadi pengingat bahwa kebahagiaan bisa hadir dari hal-hal sederhana yang dilakukan bersama.
Tradisi putas ikan adalah salah satu contoh kekayaan budaya Indonesia yang sederhana namun bermakna. Di tengah arus modernisasi dan perubahan gaya hidup, kegiatan ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan bisa datang dari kebersamaan, alam, dan akar budaya sendiri. Semoga tradisi seperti ini tetap lestari dan terus dikenang oleh generasi mendatang