Silek Minangkabau
Diwilayah memiliki suatu ciri khas yang membuat wilayah tersebut terkenal. Di Minangkabau terdapat suatu ciri khasnya yaitu suatu beladiri yang dikenal dengan silek. Silek ini merupakan bela diri tradisional yang khas dengan minangkabaunya. Silek pada dasarnya menggunakan tekni suatu pertahanan dan penyerangan baik itu menggunakan senjata ataupun tidak menggunakan senjata. Silek ini pada mulanya berfungsi sebagai antisipasi pertahanan diri masyarakat minangkabau untuk menjaga nagari minangkabau dari ancaman musuh yang bisa sewaktu waktu datang, dikarenakan daerah ini merupakan daerah yang subur dan penghasil rempah-rempah. Jadi secara fungsinya silek ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Yang pertama sebagai panjago diri yang mana silek ini untuk menjaga diri sendiri akan bahaya yang akan datang.
Yang ke dua sebagai parik paga dalam nagari yang mana fungsi silek ini untuk menjaga nagari tersebut.
Berkembangnya silek bukan hanya sebagai seni bela diri saja melainkan sebagai sarana hiburan, contohnya yaitu silek yang biasanya disandingkan dengan suatu drama tradisional khas minangkabau yang biasa dikenal dengan Randai. Silek ini mendapatkan suatu dari UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Suatu perkembangan gerakan silat menjadi suatu seni yaitu strategi dari nenek moyang minang agar silat tersebut selalu diulang-ulang walaupun keadaan sedang damai lalu sekaligus untuk penyaluran energi silat yang cenderung keras dan panas agar menjadi tenang dan lembut. Kata pencak silat para guru besar silat yaitu menjadi mencak dan silek. Yang mana perbedaan dari kata tersebut ialah
Kata menca dapat dikatakan juga sebagai bunga silat yang mana berupa gerakan Tarian silat yang dipamerkan dalam suatu acara-acara adat ataupun acara seremonia lainnya. Gerakanya diupayakan seindah mungkin dan sebagai mungkin karena untuk pertunjukan.
Kata silek ini bukanlah untuk Tarian, melainkan suatu seni pertarungan atau pertempuran yang digunakan untuk mempertahankan dari sendiri dari serangan musuh. Sehingga gerakan itu sedikit mungkin, cepat, tepat dan dapat menulumpuhkan lawan.
Para guru besar silek berkata bahwa
Jiko mamancak di galanggang
Kalau basilek dimuko musuah
Yang artinya jika melakukan Tarian pencak di gelanggang , sedangkan bersilat untuk menghadapi musuh. Oleh karena itu para guru besar silek jarang ada yang mau mempertontonkan keahliannya didepan banyak orang. Jikalau guru besar melakukan mencak ia akan berupaya supaya tidak ada yang saling menyakiti lawan main mereka, karena jika menjatuhkan guru besar lainnya didalam acara akan memiliki dampak kurang bagus bagi guru besar yang kalah. Jika ditanya apakah seorang guru silat bisa bersilat , mereka akan menjawab dengan halus dengan mengatakan bahwa mereka hanya bisa mencak, padahal sebenarnya mereka itu mengajarkan silek. Sifat rendah hati ala masyarakat musantara, mereka tidak mau meninggikan diri sendiri, melainkan biarlah kenyataan yang berbicara.
Orang yang mahir dalam bermain silat dinamakan sebagai pandeka (pendekar). Gelar tersebut dahulunya dilewakan (dikukuhkan) secara adat oleh niniak mamak dari nagori yang bersangkutan. Dahulunya para perantau memiliki bekal beladiri yang cukup untuk kemana saja dia pergi, bahkan mereka para perantau tersebut membuka suatu perguruan silat di daerah perantauan tersebut. Biasanya mereka akan berbaur dengan para penduduk sekitar bak pepatah minang yang berbunyi dima bumi dipijak disitu langik dijunjuang, dima rantiang dipatah disitu aia disauak yang artinya dimana bumi dipijakan di situ langit dijunjung, dimana ranting dipatahkan disitu air disaruk. Dari pepatah ini mengajarkan bahwa perantau minang disuruh untuk menghargai budaya lokal dan membuka peluang silek minang diperantauan mengalami modifikasi akibat pengaruh dari masyarakat setempat.
Jika seseorang ingin belajar silek maka ia bisa datang kepada guru silek tersebut,setelah berbagai basi si calon murid tersebut dapat datang pada waktu yang ditentukan dengan membawa benda tertentu. Syarat berguru ini kadang bervariasi namun biasanya terdiri dari pisau, kain putih, cabe rawit, garam, gula, jarum jahit, cermin, rokok, beras,uang, dan baju silat satu set. Dalam persyaratan tersebut terdapat uang yang biasanya tidak ditentukan. Apa yang di bawa mempunyai arti tersendiri bagi calon murid tersebut.
Kain putih adalah pakaian yang bersih, silek ini akan menjadi pakaian bagi murid. Layaknya kain bersih yang tidak ada kotoran.
Pisau ini setelah berlatih, maka si murid tiada dilukai oleh pisau karena memiliki ilmu setajam pisau.
Cabe rawit, garam, gula yang mana ilmu silat ini dapat dirasakan, karenanya semakin mahir orang melakukan sesuatu biasanya mereka tidak berpikir lagi akan tetapi menggunakan rasa atau perasaan, contohnya saja orang yang ahli masak ia tidak menimbang bahan masakan akan tetapi masakannya tetap enak, begitu pula dengan silat.
Baju silat satu stel yaitu suatu seragam yang dipakai saat berlatih sampai ia tamat.
Beras dan uang yaitu dalam berlatih akan menyita waktu guru tersebut, oleh karen itu murid mempertimbangkan nilai dari waktu yang digunakan atau dihabiskan oleh guru tersebut. Beras tersebut akan dimakan bersama anggota tempat berlatih silat.
Yang biasanya akan diterangkan oleh guru tersebut saat proses penerimaan murid. Adapun cara dalam penerimaan anak murid, setelah yang diatas tadi maka si murid di minta untuk membawa seekor ayam jantan. Ayam tersebut nantinya akan disembelih oleh guru kemudian darahnya akan dipecahkan mengelilingi suatu sasaran, dari sinilah guru tersebut bisa melihat bahwa maksud dari murid tersebut belajar silat baik dari segi niat, karakternya, minat, bakat, dan kemauan dari seorang calon murid tersebut.Oleh : Annisa Azzahra jurusan sastra minangkabau, fakultas ilmu budaya, Universitas Andalas.