Kampuang Tuo dan Kuburan Kiramaik Daerah Pasaman
Oleh: Senia Febri Utari, Mahasiswi Sastra Minangkabau Universitas Andalas
Minangkabau merupakan daerah yang banyak menyimpan cerita Foklor, salah satunya di daerah Pasaman. Sejarah di Kubu Gadang kampung Katimahar, kecamatan Panti, kabupaten Pasaman itu adalah kejadiannya memang agak istimewa sedikit menurut kepercayaan orang tua-tua dahulu. Menurut sejarahnya Kubu Gadang ini merupakan kubu pertahanan seorang datuk di zaman penjajahan dulu. Kubu Gadang itu merupakan kampung orang Minang asli, patuh pada pimpinan, niniak mamak. Namun pada suatu masa ada Anak kampung kubu gadang itu melanggar suatu sistem adat yang ada di Kubu Gadang,yaitu adat perkawinan.Pada acara perkawinan itu, anak yang mau kawin melanggar tidak mengindahkan menghormati niniak mamak di Kubu Gadang, sehingga semua orang atau masyarakat Kubu Gadang tidak ikut serta di dalam acara perkawinan anak itu, namun acara perkawinan itu tetap berlangsung dan hanya dihadiri oleh orang luar tanpa menghadirkan niniak mamak di Kubu Gadang. Konon katanya masyarakat terdahulu atau masyarakat yg tua-tua dulu telah bersumpah bahwasanya jika ada yangmelanggar adat di kubu gadang akan terjadi musibah yaitu gila dan meninggal namun anak tersebut tidak menghiraukan dan tetap melanjutkan perkawinan itu dan masyarakat kubu gadang tidak ada satupun yang menghadiri.
Setelah 17 hari perkawinan itu selesai bener saja , suami dri anak kampung kubu gadang meninggal, bak kato pepatah “alun layua daun pisang di balakang rumah lah maningga”( Belum layu daun pisang di belakang rumah udah meninggal) danmenurutmasyarakatsetempatitumerupakanhalyangtidakwajardanmenurut
narasumber sendiri itu merupakan musibah karena melanggar peraturan adat di Kubu Gadang. Namun setelah perkembangan zaman hal itu sudah tidak diketahui atau tidak dihiraukanlagiolehmasyarakatsetempatdanceritaitusudahtidakduruntemurunkan lagi ke anak cucu masyarakat kubu gadang
Hingga pada akhirnya di tahun 2021 terjadi lagi hal yang sama kisahnya sama persis dengan kisah sebelumnya anak kampung Kubu Gadang juga melanggar adat perkawinan itu, namun sebelum acara pernikahan itu dimulai sudah berulang kali mamak dan dunsanak anak tersebut mengingatkan kepadanya, tapi anak itu tidak percaya dan merasa itu hanya cerita orang zaman dulu dan tetap melanggar adat tersebut hingga akhirnya tetap dilaksanakan pernikahan itu.
Dan benar saja seperti yang terjadi pada kisah sebelumnya setelah 17 hari setelah menikah anak tersebut meninggal dunia. Hal ini yang menjadikan masyarakat Kubu gadang semakin percaya atas persumpahan orang tua tua dahulu atas kampung kubu Gadang. Namun jika dikaitkan dengan agama kematian seseorang merupakan ajal baginya dan setiap yang bernyawa pasti akan mati, namun jika dikaitkan lagi dengan kepercayaan,ini merupakan hal yang diluar nalar karena sudah 2 kali kejadian dan tepat pada kedua kisahitu di harisetelah17 hari pernikahan diameninggal secaratiba tiba hal ini juga yang membuat masyarakat bahwa setiap sumpah itu pasti nyata akibatnya.
Selain kampung tuo Kubu Gadang yang banyak cerita dan persumpahan orangtua tua dahulu, di Kubu Gadang juga terdapat kuburan keramat, kuburan ini merupakankuburandatuakatauraja-rajadahuluyangdisebutkubuagadang ( kuburan besar). Kenapa di sebut kuburan keramat karena kuburan ini memberikan pertanda pertanda jika akan datang/ terjadi musibah pada kampung Kubu Gadang itu. Pertanda tersebut berupa bunyi, jikok akan ado musibah datang kubua gadang tu akan bagagar( jika akan terjadi musibah kuburan itu akan berbunyi atau bergetar sangat kuat), musibah itu seperti banjir bandang, kematian petinggi petinggi kampung. Hal ini dapat di buktikan pada bulan ramadhan 2023 kemaren, pada malam hari masyarakat kubu gadang mendengan kuburan itu begegar sangat keras dan benar saja panginya masyarakat kampung mendapat kabar bahwa salah satu imam di kampung itu meninggal dunia. Dan sampai sekarang masyarakat percaya bahwa kuburan itu sebagai pertanda akan terjadi musibah pada kampung kubu gadang itu
.
Kampung Tuo Kubu Gadang adalah sebuah desa yang kaya dengan cerita dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu kisah yang paling menonjol adalah tentang kuburan keramat yang dikenal dengan sebutan "Kubua Gadang" atau "kuburan besar". Kuburan ini bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir para datuak atau raja-raja dahulu, tetapi juga memiliki makna dan kepercayaan mendalam bagi masyarakat setempat.Kuburan ini diyakini oleh masyarakat Kubu Gadang sebagai pemberi pertanda akan datangnya musibah. Tanda-tanda ini bisa berupa bunyi atau getaran yang berasal dari kuburan tersebut. Misalnya, jika akan terjadi musibah seperti banjir bandang atau kematian tokoh penting desa, kuburan ini dikatakan akan berbunyi atau bergetar sangat kuat. Kepercayaan ini sudah lama mengakar dalam budaya masyarakat Kubu Gadang.
Salah satu kejadian yang menguatkan kepercayaan ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun 2023. Pada malam hari, masyarakat Kubu Gadang mendengar bunyi gemuruh yang sangat keras dari arah Kubua Gadang. Keesokan paginya, kabar duka menyebar di kampung bahwa salah satu imam terkemuka desa telah meninggal dunia. Peristiwa ini memperkuat keyakinan masyarakat bahwa kuburan keramat tersebut benar-benar memberikan pertanda sebelum musibah menimpa kampung.
Masyarakat Kubu Gadang memandang cerita ini sebagai bagian penting dari warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Mereka percaya bahwa menghargai dan menjaga kepercayaan serta tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang adalah cara untuk menjaga keseimbangan dan keselamatan kampung. Menurut mereka, jika tradisi ini dilupakan atau diabaikan, bukan tidak mungkin kampung akan terkena musibah atau hukuman yang lebih besar di masa depan.
Pentingnya melestarikan cerita dan tradisi ini juga berfungsi sebagai pengingat bagi generasi muda tentang akar budaya mereka. Dengan mengetahui dan menghargai cerita-cerita seperti Kubua Gadang, generasi penerus dapat belajar nilai-nilai kebijaksanaan, penghormatan terhadap leluhur, dan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam dan sesama manusia.
Selain itu, kisah-kisah ini dapat menjadi bahan refleksi bagi masyarakat modern tentang bagaimana kepercayaan dan tradisi lokal bisa memainkan peran penting dalam membentuk identitas dan kebersamaan suatu komunitas. Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, cerita-cerita lokal seperti ini menjadi semakin penting untuk dipertahankan agar tidak hilang ditelan zaman.
Dengan demikian, menjaga dan melestarikan cerita Kubua Gadang bukan hanya soal mempertahankan kepercayaan lama, tetapi juga tentang merawat jati diri dan kebersamaan masyarakat Kubu Gadang. Semoga kisah-kisah yang telah terjadi menjadi pelajaran berharga dan mendorong masyarakat untuk terus menghargai dan memelihara
Menurutsaya ceritadari kampung ini harustetap di jagadan lestarikan sampai ke generasi generasi berikutnya agar tidak terjadi lagi musibah atau hukuman ke anak cucu masyarakat kampung dan untuk masyarakat semoga kisah yang sudah terjadi menjadi pembelajaran dan tetap menghargai kepercayaan orang tua tua dahu.